Sebuah tunas baru, unggul dan tangguh telah muncul di Tirol
Selatan, Tepat pada tanggal 15 April 1852, lahirlah Missionaris dari Oies Tirol Selatan dari pasangan Yohann
Matthia Freinademetz & Anna Katharina. Freinademetz kecil tumbuh dalam
keluarga sederhana dengan jumlah saudaranya 12 bersaudara, dan empat saudaranya
meninggal diusia yang masih bayi. Freinademetz kecil bertumbuh dengan sangat
bahagia diantara keluarga dan saudara-saudaranya. karakter, sifat dan watak
sertanya imannya juga dibentuk melalui alam disekitar rumah Freinademettz,
dikisahkan bahwa alamnya sangat indah dan sungguh menjanjikan kedamaian bagi
para pengunjung yang mengadakan kunjungan atau berwisata ke daerahnya. dengan demikian
dengan sendirinya iman betumbuh dengan sangat baik dan berdampak pada gaya
hidupnya dikemudian hari dalam menjalankan misi yang diembannya.
CINTA AKAN ALLAH DI TANAH
MISSI
“ MISTERI DARI SALIB”
Bertolak dari tema di
atas kita dapat menemukan sebuah kesimpulan dari Santo yang satu ini yang tak
lain telah berpilarkan fondasi missionaris untuk serikat-serikat missi yang
didirikan oleh St.Arnoldus Janssen.
Kesimpulan dari cinta
sang missionaris ini dimana dapat dilihat bahwa tantangan terbesar seorang
misionaris adalah transformasi dari batinnya sendiri.
Dan ini terlihat sangat
jelas dari surat beliau yang bertuliskan kalimat ini: Akhirnya, saya berada di tengah
orang-orang yang benar-benar kafir tetapi ini tidak masalah sebab saya merasa
bahwa Mimpi masa mudaku telah terpenuhi .
Dari kalimat ini kita dapat melihat alur pikir Theologis dari
Freinademetz dimana Manusia dipertobatkan hanya oleh karena anugerah Allah dan melalui
cinta yang kita berikan kepada mereka. Dan untuk masuk dalam refleksi mendalam
akan cinta Freinademetz kepada Allah melalui Umat-Nya, saya sempat berpikir
bagaimana situasi pelayanan Santo ini ditengah orang-orang tak BerTuhan itu?
Mungkin disini kita dapat meletakan puitis antologhy tentang missi dimana
Missionaris SSpS |
“Saat
bunga-bunga terbuka di bawah teriknya matahari,
Dan
menutup, saat malam tiba.
Demikianlah
hati manusia
hanya
mampu menunjukan senyuman
dalam
kegelapan,
Dan
menutup wajah yang cemberut didepan kita.
Layaknya
api yang menyala seketika tanpa asap yang mengepul”.
Saudara-saudara ku yang terkasih, disinilah kita dapat melihat
kekuatan Doa, Pekerjaan, dan Pengorbanan missionaris yang satu ini. Ia menulis
“Saya ingin memberikan diri saya sepenuhnya dan memperjuangkan seluruh hidup
saya untuk orang Tionghoa yang saya kasihi”. Disini munculah apa yang kita
sebut CINTA, Cinta dengan penyerahan diri terhadap Allah dan Cinta dengan
menyerahkan hidup untuk umat Allah. Sebab
bila kita ingin melihat tentang apa itu misi, Yosef Freinademetz mampu membawa
kita pada kalimat ini
”Keberhasilan missi adalah hasil dari rahmat, dan
itu dimungkinkan oleh penyerahan tanpa syarat dengan suatu dedikasi yang murah
hati sebagai misionaris sejati”.
Sebagai seorang
missionaris perlu mati, mati akan kemauan sendiri, mati akan diri sendiri, mati
akan keinginan yang menguntungkan diri sendiri dan mati akan diri sendiri.
Disini kita dapat merefleksikan sejauh mana ketotalan HATI dan
CINTA saya sebagai seorang missionaris?; Apakah Hati saya ada pada
modernisasi global yang semakin memanas ditengah hiruk pikuknya dunia ini? Pembaca yang baik Saya ingin mengajak kita
untuk melihat apa yang dimaksud Yosef Freinademetz pada kalimat “SALIB ADALAH MAKAN KU SEHARI-HARI” melalui kalimat ini kita diarahkan nya akan mistery dari
Salib Kristus itu sendiri. Disini kita dapat menemukan alur refleksi
Kristologhys Freinademetz, dimana Kristus Hidup, dan mati di Salib bukan karena
jumlah Dosa dari perbuatan UmatNya saja melainkan karena KEBESARAN CINTA ALLAH
kepada umatNya. Dan inilah puncak dari mistery salib itu sendiri.
Sangat mengagumkan bagi seorang missionaris dimana tidak semua
orang bisa berkata ”Cina adalah segalanya bagiku”. Saya ingin dimakamkan di tengah-tengah
mereka ... dan terus menjadi orang Cina di Surga juga. Disini kita diajak untuk melihat
pengorbanan itu merupakan Rahmat agar orang lain mempunyai hidup dalam terang
dari rahmat itu sendiri. kita melihat bahwa
Misteri salib menuntun kita sampai pada pengandaian biji gandum. Bahwa
Sesungguhnya jika biji gandum tidak jatuh ketanah dan mati, ia tetap satu biji
saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Nubuat biji gandum
yang mati ini, membawa konsekuensi bagi Yesus untuk menyerahkan diri dalam kesetiaan yang penuh yakni
dalam melayani. Dan Hanya solidaritas yang bersumber dari Bapa yang
menyanggupkan Yesus dalam memanggul salib melintasi jalan yang berbatu dan
penuh duri tajam menuju puncak kemenangan yang jaya. Tuhan yang mati di salib,
dan melalui salib itu ada hidup dan memmberikan harapan kepada dunia untuk
damai sejahtera.
Karena itu sebagai
seorang missionaris kita harus mati terhadap diri sendiri. Dan bila kita ingin melihat,
Pekerjaan misionaris tidak ada gunanya jika kita tidak mencintai dan tidak
merasa dicintai. Karena itu cintailah umat Allah agar anda pun dicintai Allah
dan Jangan menolak apa pun, untuk siapa pun dan jangan menuntut apa pun untuk
diri sendiri. Seperti biji gandum yang siap mati bagi Tuhan dan hidup kembali
bersama Tuhan, demikian kita haruslah bertumbuh di tengah berbagai macam tantangan
agar iman kita bertumbuh dan berbuah untuk menjadi berkat bagi sesama. Hal
demikian inilah yang dialami oleh St.Yosef Freinademetz, ia memandang salib
sebagai “intan permata yang memancarkan kecemerlangan kasih Allah”. Karena Baginya
salib adalah bagian dari hidupnya. Ia bersedia menjadi misionaris pewarta injil
yang siap mati untuk missi Allah sendiri.
Ia mewartakan damai bagi sesama dan memandang korban itu sebagai rahmat yang dianugerahkan Allah
kepadanya.
Karena itu, sebagai seorang missionaris perlu ada nya vitamin yang
kita namakan DOA! Sebab Doa adalah kunci Surga dan DOA merupakan central dalam ziarah hidup kita;
sumber air hidup kita; makanan yang memperkuat semangat missioner kita, sebab Tuhan
memberi kita rahmat untuk bekerja keras di kebun anggurnya dan untuk
keselamatan jiwa-jiwa.
Kita melihat keindahan sebagai seorang missionaris, bila Gembala
yang Baik mengundang kita untuk pergi bersamaNya ke padang pasir dan mencari
domba yang hilang. Dan Mungkin ini bisa menjadi suatu tantangan tetapi
Freinademetz mengarahkan untuk menempatkan hati missioner kita Seperti Sosok
Abraham dengan kalimat-kalimatnya ini: saya meninggalkan rumah ayah dan Ibuku,
tanah air dan Anda sekalian teman-teman
terkasihku, dan pergi ke Cina, tanah air baru yang Tuhan telah tunjukan
kepadaku.
Kita perlu melihat bahwa Manusia tidak diciptakan untuk dunia ini,
tetapi untuk sesuatu yang jauh lebih luhur: bekerja di tempat yang diinginkan
Tuhan.
Disini saya mengajak kita untuk sejenak berefleksi:
Apakah saya berani
mengatakan Bahwa Satu-satunya keinginan saya adalah untuk dapat mempertobatkan
banyak saudara-saudaraku dan membawa mereka mengenal Tuhan?. Dan sebagai
seorang missionaris saya perlu tau bahwa karena alasan inilah saya mendapatkan
kekuatan untuk meninggalkan ayah dan ibu saya yang tersayang, saudara-saudaraku
laki-laki dan perempuan serta keinginan duniawiku?. Sebab kita haruslah
bertanggung jawab untuk menabur benih disetiap hati orang dan memastikan bahwa
benih itu menghasilkan buah pada waktunya.
Dan kita perlu ingat bahwa Jika
seorang misionaris tidak lagi memiliki tanah air di dunia ini, itu karena
seluruh dunia telah menjadi tanah airnya. Salib adalah roti harian misionaris.
Dan bila terlepas dari ini, tidak ada alasan untuk
adanya sukacita
sejati.
Di akhir dari renungan ini
saya ingin mengajak kita sekalian untuk berdoa kepada Allah bagi mereka yang
belum mengenal Terang itu sendiri.
DOA KEPADA SANTO JOSEf FREINADEMETZ
Bapa di Surga, Engkau
telah melimpahi kami rahmat dan berkat-Mu melalui para kudus. Kami bersyukur
kepada-Mu karena memilih Santo yosef Freinademetz, misionaris sulung kami
sebagai misionaris pertama di Cina, sebagai teladan misi bagi kami. Dialah
pendoa ulung tanpa kenal lelah. Dengan perantaraan Santo Joseph Freinademetz,
kami mohon dengan sangat kepada-Mu, ya Tuhan, limpahilah rahmat-Mu keatas semua
misionaris agar kami dapat menjadi orang-orang yang berdoa dan dapat
beradaptasi dengan kebudayaan lain di tempat kami diutus. Terangilah kami untuk
menemukan jalan yang Engkau kehendaki kami lewat, dan rencana yang telah
Kausiapkan bagi kami, secara khusun bagi kami para misionari muda, Semoga kami
memiliki keberanian seperti Santo Yosef Freinademetz, untuk tetap berlangkah
maju, walau banyak tantangan menghadang dalam karya misi, dan tetap setia
menghidupi panggilan kami.
St. Yosef Freinademetz doakanlah kami para misinaris muda
Sr.
Petrosa, SSpS
sr. Adhel, SSpS
sr. Adhel, SSpS
Yosef Freinademetz |
"Anatomia Missionária.
Missões se faz com os Olhos de quem tem visão do Reino...
Missões se faz com a Boca dos que pregam as boas novas...
Missões se faz com os Ouvidos dos que ouvem o chamado...
Missões se faz com as mãos dos que apoiam...
Missões se faz com os Pés dos que levam a preciosa semente...
Missões se faz com o coração e a mente de quem entende e sente o clamor das Nações" GilsonPaiva
"Misi
dilakukan dengan mata mereka yang memiliki visi Kerajaan ...
Misi
dilakukan dengan mulut orang-orang yang memberitakan kabar baik ...
Misi
dilakukan dengan telinga mereka yang mendengar panggilan ...
Misi
dilakukan dengan tangan mereka yang mendukung ...
Misi
dilakukan dengan kaki mereka yang mengambil benih yang berharga ...
Misi
dilakukan dengan hati dan pikiran mereka yang memahami dan merasakan seruan
Bangsa-bangsa".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar