KETAKUTAN, SUKACITA, DAMAI
DAN DAYA ROH KUDUS
Saudara saudariku
yang terkasih, pembaca setia Renungan Roh dalam Rahim yang taat pada sabda yang
terkasih! Hari ini merupakan hARI Minggu Pentekosta dimana hari turunnya Roh
Kudus atas para Rasul. Injil yang ditampilkan didalam liturgi Gereja adalah Injil
Yohanes 20: 19-23, kisah mengenai manifestasi pertama dari Tuhan yang bangkit
kepada komunitas para murid, dimana terjadi pada hari pertama minggu itu. Teks
ini telah digunakan oleh liturgi sebagai bagian dari Injil Minggu Paskah kedua:
Yoh 20: 19-31.
Pentekosta adalah salah satu dari tiga perayaan ziarah Yahudi (dimana ada tiga perayaan yakni Paskah,
PentEkosta, dan Pesta Tenda2), yang dirayakan pada hari kelima puluh
setelah pesta roti tak beragi, Paskah.
Disini kita diarahkan untuk melihat perbedaan antara Penginjil Yohanes dan Penginjil Lukas. Bagi komunitas didalam Injil Yohanes, sangat berbeda dari Lucas. Didalam Injil Yohanes kita melihat bahwa Tuhan
yang bangkit mengutus Roh, dan karunia
terbesarnya terjadi pada hari kebangkitan. Meskipun Gereja mengadopsi skema dari
penginjil Lucas, bahwa turunnya Roh
Kudus pada hari ke-50 setelah perayaan Paskah, disini kita menemukan apa yang ditampilkan didalam komunitas Yohanes penuh dengan makna
karena menanggapi kebutuhan para murid, seperti yang kita lihat dalam Injil
hari ini.
Meskipun kita telah berada dalam kalender liturgi selama lima puluh hari setelah Paskah, Injil Yohanes mengundang kita untuk kembali ke hari pertama, yaitu hari dimana terjadinya peristiwa kebangkitan Tuhan. dimana, Hanya ada Maria Magdalena disana, yang secara khusus dan istimewa untuk melihat Tuhan Yang Bangkit. Di antara para murid, adanya ketakutan dan keraguan memerintah, seperti yang tertulis dalam teks: Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpulah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu! ". Dengan ayat ini, Saya Jadi teringat dengan surat dari Pimpinan General Sr. Teresa Horneman SSpS yang dalam suratnya tentang perayaan pentecoste di tengah Pandemi (COVID19) Beliau berkata, "didalam perayaan pentekoste kita di tengah pandemi saat ini membawa kita untuk kembali kepada situasi dimana ketika Turunnya ROH KUDUS atas komunitas primitif. Didalam ketakutan, kecemasan dan kehancuran. Dengan pintu-pintu yang begitu tertutup". Disini saya ingin mengajak para pembaca untuk sejenak menganalisa Teks dan berefleksi di tengah PANDEMI ini.
Yohanes menampilkan situasi dimana hari itu merupakan hari yang penuh ketegangan di antara para murid. dan Ini kita bisa melihatnya didalam ayat pertama: "Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi.". tetapi Meskipun versi liturgi dari teks ini menggunakan ungkapan "pintu tertutup", kita perlu melihat disini bahwa penginjil menggunakan "pintu tertutup". untuk menunjukkan rasa ketidakamanan dan ketakutan. disini penginjil membawa kita untuk sejenak merefleksikan komunitas primitif saat itu yang sedang berada didalam sebuah krisis, dan kehancuran dengan situasi hati yang sangat berantakan.
Meskipun didalam sebuah krisis dan didalam
rasa ketakutan, kita dpat melihat bahwa tampaknya mereka mempunyai tekad untuk
tidak kembali ke pola hidup yang biasa seperti yang sebelumnya, dimana mereka
bisa bebas melakukan apa saja dan kemana saja. tetapi pertemuan "pada sore hari di minggu pertama itu", Menurut
skema liturgi Yahudi, senja bukan lagi bagian dari hari yang sama, maka itu
akan menjadi awal dari hari kedua. dan kita melihat bahwa dalam komunitas Para
murid saat itu seakan menegaskan bahwa kegelapan tidak dapat menang atas terang
di hari itu.
Saudara saudariku yang terkasih, disini
kita dihantar oleh penginjil untuk melihat KETAKUTAN para murid sebagai Situasi
ketakutan! dimana para murid menemukan diri
dalam arti yang lebih luas. Meskipun penginjil mengklaim kalimat
"takut kepada orang-orang Yahudi", kita tidak bisa
menggeneralisasikan itu! sebab Tidak semua orang Yahudi menaruh rasa takut
kepada para murid. tetapi disini kita melihat bahwa Penginjil lebih merujuk
pada otoritas Yahudi dan orang-orang Farisi yang selalu memusuhi Yesus dan itu
secara otomatis untuk para murid juga
(lih. 9,22; 12,42; 16,16).
saya ingin mengajak kita untuk melihat bahwa, Selama tidak ada pengalaman
pertemuan dengan Kristus Yang Bangkit, seakan menghantar komunitas para murid
untuk cenderung menutup diri karena ketakutan dan kurangnya keyakinan didalam
diri mereka masing-masing. Sebab didalam ketakutan merupakan sebuah penderitaan, kekecewaan
dan penyesalan yang bukan semata mata secara psikologis tetapi rasa luka yang
begitu dalam dan tidak normal untuk mereka. Karena itu saudaraku, para pembaca
sang rahim yang taat pada sabda, disini saya ingin menunjukan bahwa rasa takut
adalah akibat dari ketidak hadiran Tuhan. dan bila Tanpa kehadiran Kristus Yang Bangkit, seluruh komunitas bisa
saja dapat binasa karena ketenggelaman atas rasa itu. Demikian hal inipun terjadi dengan kita dimana,
Didalam Menghadapi situasi seperti ini, kita diarahkan untuk melihat bahwa,
ketika "Yesus datang dan berdiri di antara mereka", itu merupakan sebuah
pertemuan yang bukan semata-mata pertemuan didalam kekososngan, tetapi
merupakan pertemuan pertemuan yang membawa hidup dan Inilah syarat pertama bagi
komunitas untuk mengatasi krisis di antara para murid yang menjadikan Yesus
sebagai pusat akan kehidupan itu sendiri. Dengan ini, penginjil memperkuat model
komunitas yang ideal yakni komunitas yang bebas , yang memiliki satu pusat
yakni Kristus yang Bangkit. Dengan ini penulis ingin membawa kita untuk melihat kehadiran Yesus di antara mereka. Seperti
Hanya dengan menjadikan Yesus Yang Bangkit sebagai pusat, komunitas dapat menerima karunia atas kehadiran-Nya. Dan karunia pertama yang ditawarkan-Nya adalah PERDAMAIAN. dengan kalimat "damai sejahtera bagimu", itu berarti bahwa kedamaian ini abadi. Dimana damai ini tidak pernah dirasakan sebelumnya didalam komunitas para Murid. kita diajak untuk memahami arti damai itu sendiri bahwa Damai merupakan tanda kehidupan didalam kepenuhannya dan bahwa kesejahteraan manusia dalam semua dimensinya merupakan tanda kebahagiaan yang otentik. Jelas, bahwa jika Yesus Yang Bangkit tidak hadir sebagai pusat maka komunitas para murid tidak dapat mencapai kondisi kehidupan itu sendiri termasuk merasakan apa arti kehidupan itu sendiri.
Dalam kesinambungan dengan pengalaman
dimana Yesus menunjukkan luka di setiap tangan-Nya (ayat 20a), yakni,
tanda-tanda penderitaanNya dari salib ini,
membawa kita untuk menemukan kesinambungan antara Yang Tersalib dan Yang
Bangkit. Dengan itu, dia mengatakan salib bukanlah akhir. Karena itu, hal itu
menuntun para murid untuk mengembalikan iman mereka, dari kekecewaan dimana
kekecewaan mereka merupakan skandal Mesias yang disalibkan. seolah-olah, disini
penginjil ingin mengatakan bahwa Salib bukanlah sebuah kecelakaan atau sesuatu
yang harus dilupakan tetapi salib merupakan konsekuensi dari pilihan Yesus.
karena itu, pilihan komunitas para muridpun haruslah sama. Karena itu, sangat
perlu agar para murid juga terbiasa dengan salib itu sendiri.
Dan pada akhir dari ketakutan itu dapat diatasi dengan SUKACITA dimana para murid bersukacita
karena telah melihat Tuhan Seperti yang dijaminkan Yesus
sendiri akan kebangkitanNya. Kita melihat bahwa
kesedihan para murid berubah menjadi sukacita dalam teks Yohanes (lih. Yoh 16:20). Dari situasi yang sangat menakutkan, komunitas para
murid itu menjadi bahagia, sebagai hasil dari
pengalaman dengan Kristus
Yang Bangkit. Disini kita menemukan bahwa Sukacita yang dimaksudkan Yohanes adalah ciri
khas dari komunitas yang hidup sebab dengan itu, para murid merayakan kehadiran Tuhan yang Bangkit.
Kelanjutan dari analisa teks ini, disini kita dihantarkan penginjil untuk
melihat Damai yang ditawarkan pada ayat "(ayat 21a)". Adalah sangat mungkin bahwa sepenuhnya, disini para murid menerima Karunia Paskah dengan damai dimana
DAMAI ini ditawarkan oleh Yesus Kristus sendiri. dan Ini merupakan perdamaian
yang sebelumnya ditransmisikan sebagai penangkal rasa takut. Di sini, kita
melihat damai diberikan sebagai sebuah dorongan untuk misi. Sebab tidak cukup
hanya mengubah KETAKUTAN menjadi SUKACITA, tetapi perlu untuk mengumumkan, mewartakan dan
membagikan sukacita itu sendiri. dimaksud disini adalah SUKACITA INJIL!
Disini kita dapat membuat sebuah perbandingan antara injil2 sinoptik dengan
Injil Yohanes. Bahwa sangat berbeda
dengan Mateus dan Lukas, yang menampilkan bangsa-bangsa dan
ujung bumi sebagai tujuan misi (lih. Mat 28,19; Lukas 24,47; Kisah 1,8),
dalam Yohanes, ini tidak ditampilkan bahwa "Sebagai Bapa mengutus aku,
demikian juga telah mengutus Anda”. Disini kembali kita melihat bahwa,
Yesus hanya mengutus, tanpa mengurangi pentingnya misi dalam dimensi universal.
Yang ditampilkan oleh injil Yohanes, bahwa hal yang paling penting adalah
komunitas. Ini merupakan pertama misi untuk para murid. Kita melihat
bagaimana kebersamaan mereka pada saat itu, didalam situasi ketakutan,
ketidakpercayaan, kurangnya antusiasme, membawa mereka untuk membutuhkan sebuah
kedamaian hati dari Kristus Yang Bangkit. Menjadi pembawa kedamaianNya, para
murid diutus dengan kredensial yang sama, sebab IA mengutus mereka sebagaimana
“Bapa telah mengutusNya” dan, oleh karena itu, mereka harus mengambil pilihan
yang sama dan menanggung konsekuensi secara masing-masing.
Saudara dan saudariku yang terkasih, kita diingatkan bahwa, Sebelum Yesus pergi Kepada Bapa, Ia memberikan sebuah peneguhan secara khusus kepada kita dengan kalimat,”Aku akan minta kepada Bapa, agar Ia senantiasa menyertai kamu, Ia yang dimaksudkan disini adalah Roh Kudus/ Roh penghibur/Roh kebenaran. oleh sebab itu Dia akan meyertaimu dan akan tinggal bersamamu. Dan Roh ini merupakan Roh yang sama dengan Roh Kudusnya Para Rasul dan Roh itu telah diam dan tinggal didalam hati kita dan memberi kita daya ilahi yang menghidupkan selama-lamanya.
kita melihat bahwa Teks dalam injil Yohanes ini menunjukkan, seperti biasa, bahwa hubungan antara praktek dan kata-kata Yesus ini "Dan setelah mengatakan nya, IA menghembusi mereka dan berkata: Terimalah Roh Kudus" (ayat 22). Disini sangat jelas untuk merefleksikan hari paling berahmat ini dimana Yesus telah menjanjikan Roh Kudus pada perjamuan terakhir (lih. Yoh 14,16,26; 15,26). Dan Ketika menghembusi mereka, janji itu dipenuhi, dan Roh telah disampaikanNya. Melihat bahwa disini, Penginjil menggunakan kata kerja yang sama yang digunakan dalam kisah penciptaan manusia yakni “Tuhan menjadikan manusia dari tanah liat, lalu menghembuskan nafas kehidupan melalui hidungnya, dan manusia itu menjadi hidup ( lih.Kej 2, 7). Kata kerja “menghembuskan” merupakan transmisi kehidupan itu sendiri. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa Yesus menciptakan kembali komunitas dimana dalam hal ini, termasuk seluruh umat manusia.
Sama halnya bahwa komunitas dapat dihidupkan kembali dan siap untuk tugas pewartaan yakni untuk misi. Setelah menerima Roh Kudus, komunitas para murid juga menjadi komunikator kekuatan akan kehidupan itu sendiri. Dan Rohlah yang membuat komunitas itu sejalan dengan Rencana Yesus, karena Dialah yang membuat komunitas merasakan apa artinya keidupan, dan juga dengan kehadiranNya mengalihkan mereka untuk menjadikan Kristu sebagai satu-satunya pusat atas kehidupan itu sendiri.
Roh Kudus menjamin tanggung jawab mereka
atas pewartaan. Disini kita dapat
memperhatikan pernyataan Yesus: “Jikalau kamu mengampuni dosa orang,
dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya
tetap ada.”(ayat 23). Untuk waktu yang lama, perikop ini digunakan hanya
untuk membumikan sakramen penebusan dosa atau pengakuan dosa. Yesus tidak
memberikan kuasa kepada para murid, tetapi tanggung jawab: untuk mendamaikan
dunia, membawa kedamaian dan kasih dari Yang Bangkit kepada semua orang di
seluruh dunia. Karena itu saudara-saudariku yang terkasi, sebagai umat
Kristiani, kita memiliki misi besar
yakni: untuk hadir dalam segala macam situasi sama seperti apa yang dialami
oleh para murid di adalam injil hari ini, sehingga Kristus Yang Bangkit juga
hadir atas kita.
Karena itu, ini bukan tentang kuasa untuk menentukan apakah dosa dapat diampuni atau tidak. Tetapi ini merupakan sebuah tanggung jawab yang membawa untuk sungguh2 hadir sebagai umatNya, dimana kita perlu melakukan apa yang diperintahkanNya agar dunia diperdamaikan dengan berkat kasih Karunia Allah. Roh Kudus, yang diutus itu, menciptakan kembali mempersatukan, menghidupkan kembali dan memperbaharui umat manusia. Karena itu, Komunitas memiliki tanggung jawab untuk membuat Roh ini bernafas dalam semua realitas, sehingga semua umat manusia diciptakan kembali dan, dengan demikian, dosa secara dapat dibersihkan dari dunia (lih. Yoh 1:29).
Disini saya ingin mengajak kita semua untuk kembali mengingat Yohanes Pembaptis yang menunjuk kerarah Yesus sebagai sosok yang bertanggung jawab untuk menghapus dosa dari dunia. Sekarang, Yesuslah yang mempercayakan tanggung jawab ini kepada komunitas para murid. Kita dapat merefleksikan bahwa Dosa dapat diampuni ketika kasih Yesus menyebar ke seluruh dunia. sebab itu ketika para muridNya membiarkan diri mereka dipimpin oleh Roh Kudus, merekapun sungguh-sungguh mengampuni didalam cinta Yesus. Disini kita belajar bahwa dosa tidak dapat diampuni ketika kita berhenti mencintai selayaknya seperti Yesus telah mengasihi kita.
Sebab didalam komunitas itulah Kristus Yang Bangkit memanifestasikan dirinya, membuat mereka kehilangan rasa takut dan rasa tidak aman. Dan Hanya sebuah komunitas yang memiliki Kristus Yang Bangkit, adalah komunitas yang menjadikanNya sebagai pusat atas komunitas itu sendiri dan yang dapat hidup sepenuhnya berdamai adalah mereka yang dijiwai oleh Roh Kudus. Dan Inilah syarat-syarat agar sukacita Injil diumumkan!
Pentekosta merupakan pesta
kita! Pesta bagi Gereja dan bagi kita para pengabdi Roh Kudus. karena itu ijinkanlah saya untuk mengutip tulisan Sto.Arnoldus Janssen Pendiri tarekat missi abdi Roh Kudus yang demikian bunyinya;
"Pada musim semi," kata Arnoldus Janssen, "kita melihat bagaimana tanaman-tanaman, terbentuk indah, tumbuh dari tanah yang gelap, kotor, dan segera berdiri di hadapan kita dalam segala keindahan warna-warninya dan dengan mata berbinar menatap kita mesra bagai utusan-utusan dari Allah. Dari mana datangnya mereka itu? Jari Allah, Roh Kudus, sedang bekerja di sini " (1901, 634-5) Mari kita sebagai putri-putri abdi Roh Kudus, melihat dan merasakan aliran kata demi kata dari bapa pendiri kita ini dengan meneladani Kristus dalam kontemplasi kobaran Roh Kudus didalam tugas missioner kita. dengan memiliki hati yang penuh belaskasih, pertobatan, dan pengampunan ditengah dunia saat ini, dunia yang penuh dengan kebencian, dunia yang sedang didalam ketakutan, kecemasan dan kegelisan... semoga adaku dan adamu, hadirku dan hadirmu sungguh menjadi terang bagi sesama disekitar kita dan bagi dunia dimana saja kita berada.
ROH KUDUS
Memuja Hati dalam
Roh
Berwarna merah darah
mentah
Dalam pagoda Lidah
Api.
Dengan butiran
Rosario
dan bersalib berlian
yang bergantung.
Berlaga nyanyian
lagu pujian
bercairan merona.
Membakar pembuluh
nadi pemilik.
Layang-layang Gereja
bernyanyi Veni Creator,
Dengan Cicipnya selayak
Para Rasul
Bangunlah! insan
yang sedang bermimpi
dalam subuh yang
seputih susu buatan Maria.
Pencarian Magdalena
di hentikan
Dan Kelopak Mawar
pun tertunduk
Menjadi sekumpulan sayap
merpati
Dihadapan sosok Suci,
Roh Kudus.
SrNaatAdhel26poems
Saudara dan Saudariku para pembaca yang terkasih, untuk mengkhiri Renungan ini, Dari Hati yang paling dalam, saya mengucapkan
selamat Hari minggu PENTEKOSTE bagi Umat Kristiani yang merayakanNya!
Semoga Tuhan yang mengutus RohNya membaharui
hati kita, mendamaikan hati kita, menyukacitakan hati kita, menghilangkan rasa ketakutan kita dan melindungi kita ditengah KRISIS PANDEMI/COVID19
Salam dalam Kasih Allah ROH KUDUS
penulis refleksi:
Ya Roh Kudus
BalasHapusTerang hati dan Budi kami. Amin
Selamat Hari Raya Pentekosta 🔥😇
Terima Kasih
HapusSelamat Pentekost jugaaa
GBU