Kamis, 20 Mei 2021

THE HOLY SPIRIT AND 100 YEARS OF SSPS TIMOR PROVINCE

 


THE HOLY SPIRIT AND 100 YEARS OF SSPS TIMOR PROVINCE

"HOLY SPIRIT SYSTERS"



Thanksgiving a hundred years ssps timor

ROH KUDUS DAN 100 TAHUN SSPS TIMOR

SSpS PEMBAWA PENTEKOSTA SETIAP HARI

Berbicara tentang Roh Kudus, dan Perayaan pentekoste bagi seorang abdi Roh Kudus, PENTEKOSTA merupakan perayaan setiap detik, setiap jam, dan setiap hari. Sebab bila kita kembali menggali kata ROH itu sendiri, dalam bahasa Ibrani : רוח הקודש ; (romaniz)  atau yang lebih identik di sebut dengan kata “Rua (nafas, angin, hembusan angin).  KUDUS קודש; “Qodesh” (kesucian). Dalam bahasa Yunani klasik ROH KUDUS adalah: Πνεῦμα τὸ Ἅγιον ;   (Pneûma tò Hagion) , dan kalau dalam bahasa Latin : spiritus sanktus.

Melihat dan belajar arti dan makna mendalam apa dan arti dibalik kata ROH KUDUS, saya berpikir bahwa memang menjadi manusia dan menjadi seorang abdi Roh Kudus, berarti bahwa menjadi penyalur Ruah atau Roh itu sendiri. Sebab Hal yang paling luar biasa tentang kita adalah hidup dari pernapasan, yang tidak dilakukan oleh orang mati.  Karena itu, bertolak dari kebanyakan bahasa, kata nafas dan roh diartikan dengan istilah yang sama “NAPAS, ANGIN” yang artinya HIDUP.

Karena melihat 100 tahun kehidupan missi ROH KUDUS di tanah Timor, bukan semata-mata karena usaha dari setiap pengabdi. Tetapi ROH KUDUS yang hidup 100 tahun dari setiap pengabdi. Oleh karena itu, bila kita melihat dan mengerti bahwa ROH KUDUS ALLAH itu HIDUP, berarti mengabdi dan melayani bukan sebagai orang MATI tetapi mengabdi dan melayani sebagai orang HIDUP. Dari kehidupan dalam ROH, saya teringat akan apa yang di katakan didalam konstitusi SSpS “Sebagai abdi Roh Kudus, kita mewartakan cinta yang menyelamatkan dari Allah TriTunggal kepada semua orang” (Kons. SSpS art. 102). Sebab didalam setia pengabdi ada HIDUP. Sesuai dengan pendiri St. Arnoldus Janssen, tugas kita yang utama adalah mewartakan kabar GEMBIRA.

Sekilas merenungkan, 100 TAHUN, berapa banyak kehidupan, berapa banyak kegembiraan, berapa banyak???... tak terhitung, sebab ROH KUDUS memakai para pengabdiNya setiap saat dalam diam dan hidup.

Para Suster SSpS Timor

Bertolak dari renungan di atas, mari kita lihat dan renungkan  apa yang di katakan dalam injil dalam liturgi hari minggu pentekosta tahun ini dimana dikatakan "Sama seperti Bapa mengutus aku, maka Aku mengutus kamu ... menerima Roh Kudus" (Yoh 20: 21-22): disini Yesus memberitakan kita akan Pencurahan Roh, yang terjadi pada sore hari setelah Kebangkitan, dan diulangi pada hari Pentakosta, diperkuat oleh tanda-tanda yang terlihat luar biasa. Dimana Pada sore Paskah itu, Yesus menampakkan diri kepada para Rasul dan menghembuskan Roh-Nya ke atas mereka (lih. Yoh 20:22); dan pada hari Pentakosta, pencurahan terjadi dengan gemuruh, seperti angin yang bertiup di atas rumah dan menerobos pikiran dan hati para Rasul. Akibatnya, mereka diberi kekuatan sedemikian rupa sehingga mendorong mereka untuk memberitakan kabar gembira (peristiwa Kebangkitan Kristus)  dalam berbagai bahasa.

Disini kita diutus bukan untuk bangun dan berbicara dalam berbagai bahasa seperti para rasul dalam pewartaan akan kebangkitan Yesus. Tetapi kita di utus untuk berbicara dalam tindakan membawa kehidup, berbicara dalam berbagai bahasa yakni: membawa kehidupan, memberi diri untuk kehidupan,mencintai,  berbagi seperti apa yang dilakukan oleh para suster SSpS Timor. Dalam rangka merayakan 100 tahun, mereka memutuskan untuk merayakan rasa syukur dengan berbagi sembako terhadap para korban bencana alam. Kita melihat bahwa ini Kekontrikan tindakan dari bahasa lain dalam pewartaan.

Dunia membutuhkan pria dan wanita yang tidak tertutup dan mati dalam Roh itu sendiri, sebab setiap kita dipenuhi dengan Roh Kudus. Saya ingin mengajak kita untuk juga melihat bahwa ada banyak cara untuk menutup diri kepada Roh Kudus yaitu, keegoisan demi keuntungan sendiri, dalam legalisme yang kaku - seperti sikap para tabib hukum yang Yesus sebut munafik . karena itu, dalam menghayati eksistensi Kristiani  bukan sebagai pelayanan untuk kepentingan pribadi, dan seterusnya.

Karena itu,  dunia membutuhkan keberanian, harapan, iman dan ketekunan dari para murid Kristus. Sebab karunia Roh Kudus diberikan dalam kelimpahan kepada Gereja dan kepada kita masing-masing, agar kita dapat hidup dengan iman yang tulus dan cinta kasih untuk bekerja keras, agar kitapun dapat menyebarkan benih rekonsiliasi dan perdamaian. Dan diperkuat oleh Roh - yang membimbing kita menuju kebenaran, yang memperbaharui kita dan seluruh bumi  dengan berbagai karunia.

sukacita dalam berbagi

Dengan itu menjadi SSpS berarti menjadi hamba pembawa nafas bagi mereka yang tak mampu bernapas dapat diselamatkan. Diselamatkan dari ketidak adilan, kelaparan, peperangan luka batin, kehilangan akan iman dan kepercayaan akan Allah dan kehilangan akan kehidupan Roh itu sendiri.  dengan itu, Semoga Roh Kudus semakin menjadikan kita para pengabdi-pengabdiNya pembawa nafas akan kehidupan.

Di akhir dari renungan ini saya ingin mengakhirinya dengan mengucap syukur 100 tahun SSpS. Syukur kepada Allah atas Roh yang hidup didalam setiap pengabdi.

~JADILAH PENTEKOSTA SETIAP SAAT~

 


Salam dan doa

(SSpS, NaatAdhelSr)


Selasa, 26 Mei 2020

HARI RAYA PENTEKOSTE 2020


KETAKUTAN, SUKACITA, DAMAI DAN DAYA ROH KUDUS


Saudara saudariku yang terkasih, pembaca setia Renungan Roh dalam Rahim yang taat pada sabda yang terkasih! Hari ini merupakan hARI Minggu Pentekosta dimana hari turunnya Roh Kudus atas para Rasul. Injil yang ditampilkan didalam liturgi Gereja adalah Injil Yohanes 20: 19-23, kisah mengenai manifestasi pertama dari Tuhan yang bangkit kepada komunitas para murid, dimana terjadi pada hari pertama minggu itu. Teks ini telah digunakan oleh liturgi sebagai bagian dari Injil Minggu Paskah kedua: Yoh 20: 19-31.

Pentekosta adalah salah satu dari tiga perayaan ziarah Yahudi (dimana ada tiga perayaan yakni Paskah, PentEkosta, dan Pesta Tenda2), yang dirayakan pada hari kelima puluh setelah pesta roti tak beragi, Paskah.

Disini kita diarahkan untuk melihat perbedaan antara Penginjil Yohanes dan Penginjil Lukas. Bagi komunitas didalam Injil Yohanes, sangat berbeda dari Lucas. Didalam Injil Yohanes kita melihat bahwa Tuhan yang bangkit mengutus  Roh, dan karunia terbesarnya terjadi pada hari kebangkitan. Meskipun Gereja mengadopsi skema dari penginjil Lucas, bahwa turunnya  Roh Kudus  pada hari ke-50 setelah perayaan Paskah, disini kita menemukan apa yang ditampilkan didalam komunitas Yohanes penuh dengan makna karena menanggapi kebutuhan para murid, seperti yang kita lihat dalam Injil hari ini.

Meskipun kita telah berada dalam kalender liturgi selama lima puluh hari setelah Paskah, Injil Yohanes mengundang kita untuk kembali ke hari pertama, yaitu hari dimana terjadinya peristiwa kebangkitan Tuhan. dimana, Hanya ada Maria Magdalena disana, yang secara khusus dan istimewa untuk melihat Tuhan Yang Bangkit. Di antara para murid, adanya ketakutan dan keraguan memerintah, seperti yang tertulis dalam teks: Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpulah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu! ". Dengan ayat ini, Saya Jadi teringat dengan surat dari Pimpinan General Sr. Teresa Horneman SSpS yang dalam suratnya tentang perayaan pentecoste di tengah Pandemi (COVID19) Beliau berkata, "didalam perayaan pentekoste kita di tengah pandemi saat ini membawa kita untuk kembali kepada situasi dimana ketika Turunnya ROH KUDUS atas komunitas primitif. Didalam ketakutan, kecemasan dan kehancuran. Dengan pintu-pintu yang begitu tertutup". Disini saya ingin mengajak para pembaca untuk sejenak menganalisa Teks dan berefleksi di tengah PANDEMI ini.

Yohanes menampilkan situasi dimana  hari itu merupakan hari yang penuh ketegangan di antara para murid. dan Ini kita bisa melihatnya didalam ayat pertama: "Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi.". tetapi Meskipun versi liturgi dari teks ini menggunakan ungkapan "pintu tertutup", kita perlu melihat disini bahwa penginjil menggunakan "pintu tertutup". untuk menunjukkan rasa ketidakamanan dan ketakutan. disini penginjil membawa kita untuk sejenak merefleksikan  komunitas primitif saat itu yang sedang berada didalam sebuah krisis, dan kehancuran dengan situasi hati yang sangat berantakan.


Meskipun didalam sebuah krisis dan didalam rasa ketakutan, kita dpat melihat bahwa tampaknya mereka mempunyai tekad untuk tidak kembali ke pola hidup yang biasa seperti yang sebelumnya, dimana mereka bisa bebas melakukan apa saja dan kemana saja. tetapi pertemuan "pada sore hari di minggu pertama itu", Menurut skema liturgi Yahudi, senja bukan lagi bagian dari hari yang sama, maka itu akan menjadi awal dari hari kedua. dan kita melihat bahwa dalam komunitas Para murid saat itu seakan menegaskan bahwa kegelapan tidak dapat menang atas terang di hari itu.

Saudara saudariku yang terkasih, disini kita dihantar oleh penginjil untuk melihat KETAKUTAN para murid sebagai Situasi ketakutan! dimana para murid menemukan diri  dalam arti yang lebih luas. Meskipun penginjil mengklaim kalimat "takut kepada orang-orang Yahudi", kita tidak bisa menggeneralisasikan itu! sebab Tidak semua orang Yahudi menaruh rasa takut kepada para murid. tetapi disini kita melihat bahwa Penginjil lebih merujuk pada otoritas Yahudi dan orang-orang Farisi yang selalu memusuhi Yesus dan itu secara otomatis untuk  para murid juga (lih. 9,22; 12,42; 16,16).

saya ingin mengajak kita untuk melihat bahwa, Selama tidak ada pengalaman pertemuan dengan Kristus Yang Bangkit, seakan menghantar komunitas para murid untuk cenderung menutup diri karena ketakutan dan kurangnya keyakinan didalam diri mereka masing-masing. Sebab didalam ketakutan merupakan sebuah penderitaan, kekecewaan dan penyesalan yang bukan semata mata secara psikologis tetapi rasa luka yang begitu dalam dan tidak normal untuk mereka. Karena itu saudaraku, para pembaca sang rahim yang taat pada sabda, disini saya ingin menunjukan bahwa rasa takut adalah akibat dari ketidak hadiran Tuhan. dan bila Tanpa kehadiran  Kristus Yang Bangkit, seluruh komunitas bisa saja dapat binasa karena ketenggelaman atas rasa itu. Demikian hal inipun terjadi dengan kita dimana, Terkadang didalam situasi yang sulit, kita pun merasa adanya rasa takut, jenuh, putus asa, dan bahkan merasa kurang adanya semangat hidup. Disini kita di hadapkan dengan pertanyaan apa daya jasmani kita ditengah dunia saat ini, dimana kita sedang dilanda oleh persoalan yang sangat mendunia yakni wabah covid-19 yang menjadi pegancam atas kehidupan umat manusia. Disini saya percaya bahwa kitapun dapat merasakan perasaan dunia yang dipenuhi dengan ketakutan, kecemasan, kegelisahan, dan berbagai perasaan lain yang sedang dirasakan secara bersamaan. 

Didalam Menghadapi situasi seperti ini, kita diarahkan untuk melihat bahwa, ketika "Yesus datang dan berdiri di antara mereka", itu merupakan sebuah pertemuan yang bukan semata-mata pertemuan didalam kekososngan, tetapi merupakan pertemuan pertemuan yang membawa hidup dan Inilah syarat pertama bagi komunitas untuk mengatasi krisis di antara para murid yang menjadikan Yesus sebagai pusat akan kehidupan itu sendiri. Dengan ini, penginjil memperkuat model komunitas yang ideal yakni komunitas yang bebas , yang memiliki satu pusat yakni Kristus yang Bangkit. Dengan ini penulis ingin membawa kita untuk melihat kehadiran Yesus di antara mereka. Seperti Munculnya suatu cahaya dalam kegelapan bila ada perantara atau daya yang menghantarkannya. Dan bila daya  yang ada berkurang maka cahaya itu dengan sendirinya akan berkurang dan mulai redup atau bahkan mati, dan itu menandakan bahwa daya tersebut harus diisi kembali agar cahayanya kembali menerangi ruangan yang gelap. Demikian pula halnya dengan alat elektronik lainnya seperti televisi dan lain-lain, tanpa adanya kabel penghubung antara arus yang satu dengan arus yang lain maka percumalah perjuangan seseorang menggunakannya. Disini kita melihat bahwa Hidup kita pun demikian! Kita di gerakkan sekaligus difungsikan oleh aliran sebuah daya yang merupakan sarana dan penunjang kekuatan atas perasaan kita serta stabilitas tubuh kita dan daya yang dimaksudkan disini adalah Yesus sendiri. 

Hanya dengan menjadikan Yesus Yang Bangkit sebagai pusat, komunitas dapat menerima karunia atas kehadiran-Nya. Dan karunia pertama yang ditawarkan-Nya  adalah PERDAMAIAN. dengan kalimat  "damai sejahtera bagimu", itu berarti bahwa kedamaian ini abadi. Dimana damai ini tidak pernah dirasakan sebelumnya didalam komunitas para Murid. kita diajak untuk memahami arti damai itu sendiri bahwa Damai merupakan tanda kehidupan didalam kepenuhannya dan bahwa kesejahteraan manusia dalam semua dimensinya merupakan tanda kebahagiaan yang otentik. Jelas, bahwa jika Yesus Yang Bangkit tidak hadir sebagai pusat maka komunitas para murid tidak dapat mencapai kondisi kehidupan itu sendiri termasuk merasakan apa arti kehidupan itu sendiri.

Dalam kesinambungan dengan pengalaman dimana Yesus menunjukkan luka di setiap tangan-Nya (ayat 20a), yakni, tanda-tanda penderitaanNya dari salib ini,  membawa kita untuk menemukan kesinambungan antara Yang Tersalib dan Yang Bangkit. Dengan itu, dia mengatakan salib bukanlah akhir. Karena itu, hal itu menuntun para murid untuk mengembalikan iman mereka, dari kekecewaan dimana kekecewaan mereka merupakan skandal Mesias yang disalibkan. seolah-olah, disini penginjil ingin mengatakan bahwa Salib bukanlah sebuah kecelakaan atau sesuatu yang harus dilupakan tetapi salib merupakan konsekuensi dari pilihan Yesus. karena itu, pilihan komunitas para muridpun haruslah sama. Karena itu, sangat perlu agar para murid juga terbiasa dengan salib itu sendiri.

Dan pada akhir dari ketakutan itu dapat diatasi dengan SUKACITA dimana para murid bersukacita karena telah melihat Tuhan  Seperti yang dijaminkan Yesus sendiri akan kebangkitanNya. Kita melihat bahwa kesedihan para murid berubah menjadi sukacita dalam teks Yohanes (lih. Yoh 16:20). Dari situasi yang sangat menakutkan, komunitas para murid itu menjadi bahagia, sebagai hasil dari pengalaman dengan Kristus Yang Bangkit. Disini kita menemukan bahwa Sukacita yang dimaksudkan Yohanes adalah  ciri khas dari komunitas yang hidup sebab dengan itu, para murid merayakan kehadiran Tuhan yang Bangkit.

Kelanjutan dari analisa teks ini, disini kita dihantarkan penginjil untuk melihat Damai yang ditawarkan pada ayat "(ayat 21a)".  Adalah sangat  mungkin bahwa sepenuhnya, disini para murid  menerima Karunia Paskah dengan damai dimana DAMAI ini ditawarkan oleh Yesus Kristus sendiri. dan Ini merupakan perdamaian yang sebelumnya ditransmisikan sebagai penangkal rasa takut. Di sini, kita melihat damai diberikan sebagai sebuah dorongan untuk misi. Sebab tidak cukup hanya mengubah KETAKUTAN menjadi SUKACITA,  tetapi perlu untuk mengumumkan, mewartakan dan membagikan sukacita itu sendiri. dimaksud disini adalah SUKACITA INJIL!

Disini kita dapat membuat sebuah perbandingan antara injil2 sinoptik dengan Injil Yohanes.  Bahwa sangat berbeda dengan Mateus dan Lukas, yang menampilkan bangsa-bangsa  dan  ujung bumi sebagai tujuan misi (lih. Mat 28,19; Lukas 24,47; Kisah 1,8), dalam Yohanes, ini tidak ditampilkan bahwa "Sebagai Bapa mengutus aku, demikian juga telah mengutus Anda”. Disini kembali kita melihat bahwa, Yesus hanya mengutus, tanpa mengurangi pentingnya misi dalam dimensi universal. Yang ditampilkan oleh injil Yohanes, bahwa hal yang paling penting adalah komunitas. Ini merupakan pertama misi untuk para murid. Kita melihat bagaimana kebersamaan mereka pada saat itu, didalam situasi ketakutan, ketidakpercayaan, kurangnya antusiasme, membawa mereka untuk membutuhkan sebuah kedamaian hati dari Kristus Yang Bangkit. Menjadi pembawa kedamaianNya, para murid diutus dengan kredensial yang sama, sebab IA mengutus mereka sebagaimana “Bapa telah mengutusNya” dan, oleh karena itu, mereka harus mengambil pilihan yang sama dan menanggung konsekuensi secara masing-masing.

Saudara dan saudariku yang terkasih, kita diingatkan bahwa, Sebelum Yesus pergi Kepada Bapa, Ia memberikan sebuah peneguhan secara khusus kepada kita dengan kalimat,”Aku akan minta kepada Bapa, agar Ia senantiasa menyertai kamu,  Ia yang dimaksudkan disini adalah Roh Kudus/ Roh penghibur/Roh kebenaran. oleh sebab itu Dia akan meyertaimu dan akan tinggal bersamamu. Dan Roh ini merupakan Roh yang sama dengan Roh Kudusnya Para Rasul dan Roh itu telah diam dan tinggal didalam hati kita dan memberi kita daya ilahi yang menghidupkan selama-lamanya.

kita melihat bahwa Teks dalam injil Yohanes ini menunjukkan, seperti biasa, bahwa hubungan antara praktek dan kata-kata Yesus ini "Dan setelah mengatakan nya, IA menghembusi mereka dan berkata: Terimalah Roh Kudus" (ayat 22). Disini sangat jelas untuk merefleksikan hari paling berahmat ini dimana Yesus telah menjanjikan Roh Kudus pada perjamuan terakhir (lih. Yoh 14,16,26; 15,26). Dan Ketika menghembusi mereka, janji itu dipenuhi, dan Roh telah disampaikanNya. Melihat bahwa disini, Penginjil menggunakan kata kerja yang sama yang digunakan dalam kisah penciptaan manusia yakni “Tuhan menjadikan manusia dari tanah liat, lalu menghembuskan nafas kehidupan melalui hidungnya, dan manusia itu menjadi hidup ( lih.Kej 2, 7). Kata kerja “menghembuskan” merupakan transmisi kehidupan itu sendiri. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa Yesus menciptakan kembali komunitas dimana dalam hal ini, termasuk seluruh umat manusia. 

Sama halnya bahwa komunitas dapat dihidupkan kembali dan siap untuk tugas pewartaan yakni untuk misi. Setelah menerima Roh Kudus, komunitas para murid juga menjadi komunikator kekuatan akan  kehidupan itu sendiri. Dan Rohlah yang membuat komunitas  itu sejalan dengan Rencana Yesus, karena Dialah yang membuat komunitas merasakan apa artinya keidupan, dan juga dengan kehadiranNya mengalihkan mereka untuk menjadikan Kristu sebagai satu-satunya pusat atas kehidupan itu sendiri.

Roh Kudus menjamin tanggung jawab mereka atas pewartaan. Disini  kita dapat memperhatikan pernyataan Yesus: “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”(ayat 23). Untuk waktu yang lama, perikop ini digunakan hanya untuk membumikan sakramen penebusan dosa atau pengakuan dosa. Yesus tidak memberikan kuasa kepada para murid, tetapi tanggung jawab: untuk mendamaikan dunia, membawa kedamaian dan kasih dari Yang Bangkit kepada semua orang di seluruh dunia. Karena itu saudara-saudariku yang terkasi, sebagai umat Kristiani, kita  memiliki misi besar yakni: untuk hadir dalam segala macam situasi sama seperti apa yang dialami oleh para murid di adalam injil hari ini, sehingga Kristus Yang Bangkit juga hadir atas kita.

Karena itu, ini bukan tentang kuasa untuk menentukan apakah dosa dapat diampuni atau tidak. Tetapi ini merupakan sebuah  tanggung jawab yang membawa untuk sungguh2 hadir sebagai umatNya, dimana kita perlu melakukan apa yang diperintahkanNya agar dunia diperdamaikan dengan berkat kasih Karunia  Allah. Roh Kudus, yang diutus itu, menciptakan kembali mempersatukan, menghidupkan kembali dan memperbaharui umat manusia. Karena itu, Komunitas memiliki tanggung jawab untuk membuat Roh ini bernafas dalam semua realitas, sehingga semua umat manusia diciptakan kembali dan, dengan demikian, dosa secara dapat dibersihkan dari dunia (lih. Yoh 1:29).

Disini saya ingin mengajak kita semua untuk kembali mengingat Yohanes Pembaptis yang menunjuk  kerarah Yesus sebagai sosok yang bertanggung jawab untuk menghapus dosa dari dunia. Sekarang, Yesuslah yang mempercayakan tanggung jawab ini kepada komunitas para murid. Kita dapat merefleksikan bahwa Dosa dapat diampuni ketika kasih Yesus menyebar ke seluruh dunia. sebab itu ketika para muridNya membiarkan diri mereka dipimpin oleh Roh Kudus, merekapun sungguh-sungguh mengampuni didalam cinta Yesus. Disini kita belajar bahwa dosa tidak dapat diampuni ketika kita berhenti mencintai selayaknya seperti Yesus telah mengasihi kita.  

Saudara dan Saudariku terkasih, didalam kita ada pembaptisan, dimana kita telah dimeteraikan dalam Roh Kudus dan dengan demikian kitapun telah menerima tugas yang sama. Dan kitapun telah mendapat kekuatan dan peneguhkan berkat dari pencurahan Roh Kudus. Disini para penulis mengembalikan sebuah pertanyaan terhadap diri sendiri sebagai abdi-abdi Roh Kudus. Tentunya memiliki cara hidup didalam Roh yang lebih dari pada teman-teman yang lain karena memilih hidup yang berbeda dengan menyandang nama dan gelar yang berbeda pula, yakni: “SSpS: Servarum Spiritus Sancti” atau biasa dikenal sebagai suster-suster misi abdi Roh Kudus. Pertanyaanya,  sejauh mana penhghayatan kami atas nama dan gelar tersebut? Dan untuk kita semua, Adakah daya atau kekuatan Roh yang memampukan kita dalam bersolider dengan mereka yang berkukarangan ditengah dunia yang saat ini sedang merintih dalam tangis dan kepedihannya? Tentunya kita tidak harus melakukan hal besar untuk menolong mereka yang tersiksa akibat covid-19 karena kita tidak mungkin sanggup memberi mereka sumbangan ataupun bantuan sepenuhnya sesuai kebutuhan mereka. Disini kita melihat bahwa saling mendoakan didalam Roh Kudus dapat membantu sesama kita yang sedang menderita. Saudara dan saudariku terkasih bukankah Roh yang diam dan tinggal didalam kita selalu memberikan daya kekuatan dan peneguhan bagi sesama kita. selayaknya seperti daya listrik yang berasal dari satu sumber, tapi dapat disalurkan ke berbagai tempat bahkan diubah dalam berbagai perwujudan cahaya, suara, dan gerak dengan contoh konkritnya anda saat ini sedang membaca tulisan ini karena adanya daya yang tersimpan di HP/Laptop anda. Demikian Halnya dengan Roh Kudus. Sebagaimana dikatakan St. Sirilus dari Yesusalem, “Meski Roh Kudus itu kodratnya satu, namun oleh kehendak Tuhan dan atas nama Kristus Ia dapat menghasilkan berbagai buah keutamaan.” 

Sebab didalam komunitas itulah Kristus Yang Bangkit memanifestasikan dirinya, membuat mereka kehilangan rasa takut dan rasa tidak aman. Dan Hanya sebuah komunitas yang memiliki Kristus Yang Bangkit, adalah komunitas yang menjadikanNya sebagai pusat atas komunitas itu sendiri dan yang dapat hidup sepenuhnya berdamai adalah mereka yang  dijiwai oleh Roh Kudus. Dan Inilah syarat-syarat agar sukacita Injil diumumkan! 

Pentekosta merupakan pesta kita! Pesta bagi Gereja dan bagi kita para pengabdi Roh Kudus. karena itu ijinkanlah saya untuk mengutip tulisan Sto.Arnoldus Janssen Pendiri tarekat missi abdi Roh Kudus yang demikian bunyinya;

"Pada musim semi," kata Arnoldus Janssen, "kita melihat bagaimana tanaman-tanaman, terbentuk indah, tumbuh dari tanah yang gelap, kotor, dan segera berdiri di hadapan kita dalam segala keindahan warna-warninya dan dengan mata berbinar menatap kita mesra bagai utusan-utusan dari Allah. Dari mana datangnya mereka itu? Jari Allah, Roh Kudus, sedang bekerja di sini " (1901, 634-5) Mari kita sebagai putri-putri abdi Roh Kudus, melihat dan merasakan aliran kata demi kata dari bapa pendiri kita ini dengan meneladani Kristus dalam kontemplasi kobaran Roh Kudus didalam tugas missioner kita. dengan memiliki hati yang penuh  belaskasih, pertobatan, dan pengampunan ditengah dunia saat ini, dunia yang penuh dengan kebencian, dunia yang sedang didalam ketakutan, kecemasan dan kegelisan... semoga adaku dan adamu, hadirku dan hadirmu sungguh menjadi terang bagi sesama disekitar kita dan bagi dunia dimana saja kita berada.

                     ROH KUDUS

                 Memuja Hati dalam Roh

                 Berwarna merah darah mentah

                 Dalam pagoda Lidah Api.

 

                 Dengan butiran Rosario

                 dan bersalib berlian yang bergantung.

                 Berlaga nyanyian lagu pujian

                 bercairan merona.

 

                 Membakar pembuluh nadi pemilik.

                 Layang-layang Gereja bernyanyi Veni Creator,

                 Dengan Cicipnya selayak Para Rasul

                 Bangunlah! insan yang sedang bermimpi

                 dalam subuh yang seputih susu buatan Maria.

 

                 Pencarian Magdalena di hentikan

                 Dan Kelopak Mawar pun tertunduk

                 Menjadi sekumpulan sayap merpati

                 Dihadapan sosok Suci, Roh Kudus.

 

                  SrNaatAdhel26poems


Saudara dan Saudariku para pembaca yang terkasih, untuk mengkhiri Renungan ini, Dari Hati yang paling dalam,  saya mengucapkan selamat Hari minggu PENTEKOSTE bagi Umat Kristiani yang merayakanNya!

Semoga Tuhan yang mengutus RohNya membaharui hati kita, mendamaikan hati kita, menyukacitakan hati kita, menghilangkan rasa ketakutan kita dan melindungi kita ditengah KRISIS PANDEMI/COVID19

 

Salam dalam Kasih Allah ROH KUDUS

penulis refleksi: 


             SSpSNaatAdheline                         SSpSBeingPedrosa

Selasa, 28 Januari 2020

PESTA SAN,T YOSEF FREINADEMETZ



SANTO YOSEF  FREINADEMETZ, SVD

Yosef Freinademetz


Sebuah tunas baru, unggul dan tangguh telah muncul di Tirol Selatan, Tepat pada tanggal 15 April 1852, lahirlah Missionaris dari  Oies Tirol Selatan dari pasangan Yohann Matthia Freinademetz & Anna Katharina. Freinademetz kecil tumbuh dalam keluarga sederhana dengan jumlah saudaranya 12 bersaudara, dan empat saudaranya meninggal diusia yang masih bayi. Freinademetz kecil bertumbuh dengan sangat bahagia diantara keluarga dan saudara-saudaranya. karakter, sifat dan watak sertanya imannya juga dibentuk melalui alam disekitar rumah Freinademettz, dikisahkan bahwa alamnya sangat indah dan sungguh menjanjikan kedamaian bagi para pengunjung yang mengadakan kunjungan atau berwisata ke daerahnya. dengan demikian dengan sendirinya iman betumbuh dengan sangat baik dan berdampak pada gaya hidupnya dikemudian hari dalam menjalankan misi yang diembannya.



CINTA AKAN ALLAH DI TANAH MISSI
 “ MISTERI DARI SALIB”


Bertolak dari tema di atas kita dapat menemukan sebuah kesimpulan dari Santo yang satu ini yang tak lain telah berpilarkan fondasi missionaris untuk serikat-serikat missi yang didirikan oleh St.Arnoldus Janssen.
Kesimpulan dari cinta sang missionaris ini dimana dapat dilihat bahwa tantangan terbesar seorang misionaris adalah transformasi dari batinnya sendiri.
Dan ini terlihat sangat jelas dari surat beliau yang bertuliskan kalimat ini: Akhirnya, saya berada di tengah orang-orang yang benar-benar kafir tetapi ini tidak masalah sebab saya merasa bahwa Mimpi masa mudaku telah terpenuhi .
Dari kalimat ini kita dapat melihat alur pikir Theologis dari Freinademetz dimana Manusia dipertobatkan hanya oleh karena anugerah Allah dan melalui cinta yang kita berikan kepada mereka. Dan untuk masuk dalam refleksi mendalam akan cinta Freinademetz kepada Allah melalui Umat-Nya, saya sempat berpikir bagaimana situasi pelayanan Santo ini ditengah orang-orang tak BerTuhan itu? Mungkin disini kita dapat meletakan puitis antologhy tentang missi  dimana


Missionaris SSpS

“Saat bunga-bunga terbuka di bawah teriknya matahari,
Dan menutup,  saat malam tiba.
Demikianlah hati manusia
hanya mampu menunjukan senyuman
dalam kegelapan,
Dan menutup wajah yang cemberut didepan kita.
Layaknya api yang menyala seketika tanpa asap yang mengepul”.


Saudara-saudara ku yang terkasih, disinilah kita dapat melihat kekuatan Doa, Pekerjaan, dan Pengorbanan missionaris yang satu ini. Ia menulis “Saya ingin memberikan diri saya sepenuhnya dan memperjuangkan seluruh hidup saya untuk orang Tionghoa yang saya kasihi”. Disini munculah apa yang kita sebut CINTA, Cinta dengan penyerahan diri terhadap Allah dan Cinta dengan menyerahkan hidup untuk umat Allah.  Sebab bila kita ingin melihat tentang apa itu misi, Yosef Freinademetz mampu membawa kita pada kalimat ini
 ”Keberhasilan missi adalah hasil dari rahmat, dan itu dimungkinkan oleh penyerahan tanpa syarat dengan suatu dedikasi yang murah hati sebagai misionaris sejati”.
Sebagai seorang missionaris perlu mati, mati akan kemauan sendiri, mati akan diri sendiri, mati akan keinginan yang menguntungkan diri sendiri dan mati akan diri sendiri. Disini kita dapat merefleksikan sejauh mana ketotalan HATI dan CINTA saya sebagai seorang missionaris?; Apakah Hati saya ada pada modernisasi global yang semakin memanas ditengah hiruk pikuknya dunia ini?  Pembaca yang baik Saya ingin mengajak kita untuk melihat apa yang dimaksud Yosef Freinademetz pada kalimat “SALIB ADALAH MAKAN KU SEHARI-HARI” melalui kalimat ini kita diarahkan nya akan mistery dari Salib Kristus itu sendiri. Disini kita dapat menemukan alur refleksi Kristologhys Freinademetz, dimana Kristus Hidup, dan mati di Salib bukan karena jumlah Dosa dari perbuatan UmatNya saja melainkan karena KEBESARAN CINTA ALLAH kepada umatNya. Dan inilah puncak dari mistery salib itu sendiri.

Sangat mengagumkan bagi seorang missionaris dimana tidak semua orang bisa berkata ”Cina adalah segalanya bagiku”. Saya ingin dimakamkan di tengah-tengah mereka ... dan terus menjadi orang Cina di Surga juga. Disini kita diajak untuk melihat pengorbanan itu merupakan Rahmat agar orang lain mempunyai hidup dalam terang dari rahmat itu sendiri. kita melihat bahwa Misteri salib menuntun kita sampai pada pengandaian biji gandum. Bahwa Sesungguhnya jika biji gandum tidak jatuh ketanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Nubuat biji gandum yang mati ini, membawa konsekuensi bagi Yesus untuk  menyerahkan diri dalam kesetiaan yang penuh yakni dalam melayani. Dan Hanya solidaritas yang bersumber dari Bapa yang menyanggupkan Yesus dalam memanggul salib melintasi jalan yang berbatu dan penuh duri tajam menuju puncak kemenangan yang jaya. Tuhan yang mati di salib, dan melalui salib itu ada hidup dan memmberikan harapan kepada dunia untuk damai sejahtera.

Karena itu sebagai seorang missionaris kita harus mati terhadap diri sendiri. Dan bila kita ingin melihat, Pekerjaan misionaris tidak ada gunanya jika kita tidak mencintai dan tidak merasa dicintai. Karena itu cintailah umat Allah agar anda pun dicintai Allah dan Jangan menolak apa pun, untuk siapa pun dan jangan menuntut apa pun untuk diri sendiri. Seperti biji gandum yang siap mati bagi Tuhan dan hidup kembali bersama Tuhan, demikian kita haruslah bertumbuh di tengah berbagai macam tantangan agar iman kita bertumbuh dan berbuah untuk menjadi berkat bagi sesama. Hal demikian inilah yang dialami oleh St.Yosef Freinademetz, ia memandang salib sebagai “intan permata yang memancarkan kecemerlangan kasih Allah”. Karena Baginya salib adalah bagian dari hidupnya. Ia bersedia menjadi misionaris pewarta injil yang siap mati untuk missi Allah  sendiri. Ia mewartakan damai bagi sesama dan memandang korban  itu sebagai rahmat yang dianugerahkan Allah kepadanya.

Karena itu, sebagai seorang missionaris perlu ada nya vitamin yang kita namakan DOA! Sebab Doa adalah kunci Surga dan  DOA merupakan central dalam ziarah hidup kita; sumber air hidup kita; makanan yang memperkuat semangat missioner kita, sebab Tuhan memberi kita rahmat untuk bekerja keras di kebun anggurnya dan untuk keselamatan jiwa-jiwa.
Kita melihat keindahan sebagai seorang missionaris, bila Gembala yang Baik mengundang kita untuk pergi bersamaNya ke padang pasir dan mencari domba yang hilang. Dan Mungkin ini bisa menjadi suatu tantangan tetapi Freinademetz mengarahkan untuk menempatkan hati missioner kita Seperti Sosok Abraham dengan kalimat-kalimatnya ini: saya meninggalkan rumah ayah dan Ibuku, tanah air dan Anda sekalian  teman-teman terkasihku, dan pergi ke Cina, tanah air baru yang Tuhan telah tunjukan kepadaku.
Kita perlu melihat bahwa Manusia tidak diciptakan untuk dunia ini, tetapi untuk sesuatu yang jauh lebih luhur: bekerja di tempat yang diinginkan Tuhan.

Disini saya mengajak kita untuk sejenak berefleksi:

Apakah saya berani mengatakan Bahwa Satu-satunya keinginan saya adalah untuk dapat mempertobatkan banyak saudara-saudaraku dan membawa mereka mengenal Tuhan?. Dan sebagai seorang missionaris saya perlu tau bahwa karena alasan inilah saya mendapatkan kekuatan untuk meninggalkan ayah dan ibu saya yang tersayang, saudara-saudaraku laki-laki dan perempuan serta keinginan duniawiku?. Sebab kita haruslah bertanggung jawab untuk menabur benih disetiap hati orang dan memastikan bahwa benih itu menghasilkan buah pada waktunya.
Dan kita perlu ingat bahwa Jika seorang misionaris tidak lagi memiliki tanah air di dunia ini, itu karena seluruh dunia telah menjadi tanah airnya. Salib adalah roti harian misionaris. Dan bila terlepas dari ini, tidak ada alasan untuk adanya sukacita sejati.
Di akhir dari renungan ini saya ingin mengajak kita sekalian untuk berdoa kepada Allah bagi mereka yang belum mengenal Terang itu sendiri.


DOA KEPADA SANTO JOSEf FREINADEMETZ

Bapa di Surga, Engkau telah melimpahi kami rahmat dan berkat-Mu melalui para kudus. Kami bersyukur kepada-Mu karena memilih Santo yosef Freinademetz, misionaris sulung kami sebagai misionaris pertama di Cina, sebagai teladan misi bagi kami. Dialah pendoa ulung tanpa kenal lelah. Dengan perantaraan Santo Joseph Freinademetz, kami mohon dengan sangat kepada-Mu, ya Tuhan, limpahilah rahmat-Mu keatas semua misionaris agar kami dapat menjadi orang-orang yang berdoa dan dapat beradaptasi dengan kebudayaan lain di tempat kami diutus. Terangilah kami untuk menemukan jalan yang Engkau kehendaki kami lewat, dan rencana yang telah Kausiapkan bagi kami, secara khusun bagi kami para misionari muda, Semoga kami memiliki keberanian seperti Santo Yosef Freinademetz, untuk tetap berlangkah maju, walau banyak tantangan menghadang dalam karya misi, dan tetap setia menghidupi panggilan kami.


St. Yosef Freinademetz doakanlah kami para misinaris muda

Sr. Petrosa, SSpS
sr. Adhel, SSpS


Yosef Freinademetz

"Anatomia Missionária.
Missões se faz com os Olhos de quem tem visão do Reino...
Missões se faz com a Boca dos que pregam as boas novas...
Missões se faz com os Ouvidos dos que ouvem o chamado...
Missões se faz com as mãos dos que apoiam...
Missões se faz com os Pés dos que levam a preciosa semente...
Missões se faz com o coração e a mente de quem entende e sente o clamor das Nações" GilsonPaiva
              
                      ANATOMI MISIONARIS: 

"Misi dilakukan dengan mata mereka yang memiliki visi Kerajaan ...

Misi dilakukan dengan mulut orang-orang yang memberitakan kabar baik ...

Misi dilakukan dengan telinga mereka yang mendengar panggilan ...

Misi dilakukan dengan tangan mereka yang mendukung ...

Misi dilakukan dengan kaki mereka yang mengambil benih yang berharga ...

Misi dilakukan dengan hati dan pikiran mereka yang memahami dan merasakan seruan Bangsa-bangsa".



THE HOLY SPIRIT AND 100 YEARS OF SSPS TIMOR PROVINCE

  THE HOLY SPIRIT AND 100 YEARS OF SSPS TIMOR PROVINCE " HOLY SPIRIT SYSTERS" Thanksgiving a hundred years ssps timor ROH KUDUS DA...